Selasa, September 24, 2013

Hadiah Dari Timur

23.30
Ketika membuat artikel ini, saya sedang teringat beberapa tahun lalu di desa Tajug, kecamatan Karangmoncol, kabupaten Purbalingga.

Sebuah "perjuangan" (kami menyebutnya) untuk menjadi seorang LAKSANA. Salah satu tingkatan dalam Pramuka Penegak. Untuk mendapatkan predikat seorang Laksana, kami, para calon Laksana diharuskan melaksanakan satu program pengabdian kepada masyarakat. Program ini adalah program terakhir, sebelum kami dilantik dan sah menjadi seorang Laksana.

Tepatnya di akhir Desember 2011. Kakak-kakak Laksana sebelum kami, membagikan daerah dan tempat tinggal yang akan menjadi tujuan kami mengabdikan diri kepada masyarakat. Bagi calon penegak Laksana Putra, mereka diharuskan melakukan long march (jalan jauh). Rutenya adalah Purbalingga-Rembang-Purbalingga sekitar 60km (kurang lebih). Menurut saya, kenapa mereka harus melakukan prosesi tersebut? Buat apa si, capek-capek jalan 60km dan engga boleh naik kendaraan dan cuma berbekal uang 10 ribu rupiah?

Menurut saya, perjalanan tersebut adalah jenis dari napak tilas atau sering dikenal dengan menelusuri dan merasakan perjuangan para pahlawan di zaman dulu ketika mereka berperang. Merasakan betapa susahnya meraih suatu kemerdekaan yang hakiki, yang kita raih sendiri tanpa bergantung dengan bangsa lain. Selain itu, mengajarkan bahwasannya kita harus mampu berada dalam posisi dibawah, karena anak muda sekarang banyak yang tergiur dengan kemewahan yang diberikan oleh orang tua mereka. Sehingga enggan untuk merasakan penderitaan orang bawah

Sedangkan filosofi dari pengabdian masyarakat adalah bagaimana kita merasakan susahnya mencari uang. Berada di posisi pekerja keras/kasar. Dan mengambil makna dari kehidupan kita di dunia. Kita hidup di dunia ini dari berbagai macam kalangan, sudah selayaknya kita saling menghormati semua orang dari berbagai lapisan. Kita juga diajarkan secara naluriah untuk menghargai hasil kerja orang lain, agar tidak menyianyiakan karya atau produk yang dibuat orang lain.

Khusus untuk pengabdian masyarakat, kami ditempatkan di rumah penduduk yang memiliki usaha home industry. Lokasi tersebar di berbagai ujung kabupaten Purbalingga. Ada yang mendapat di pusat oleh-oleh Mirasa Purbalingga, di pembuatan jajanan pasar yang terletak di daerah Cipaku, Mrebet, Purbalingga. Ada juga yang mendapatkan bagian di centra pembuatan gula jawa. Sementara saya, bersama teman saya Silvi Nur Fitriani mendapatkan lokasi yang paling jauh dari lokasi start SMA Negeri 1 Purbalingga (pangkalan dari Ambalan Ganesha) yaitu di desa Tajug, kecamatan Karangmoncol. Jarak tempuh sekitar 25km. 

Meskipun sempat bingung dan tidak tahu jalan, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan kami. Sekitar pukul 09.00 kami sampai, perjalanan menggunakan sepeda motor milik Silvi. Kami mendapat home industry pembuatan tahu, bertempat di rumah nenek Ali (sebutan para tetangga).



Nenek Ali, adalah seorang janda yang tinggal dengan empat orang cucunya. Anak perempuannya yg juga janda, bekerja di negara tetangga untuk memenuhi kebutuhan hidup keempat anaknya. Nenek Ali memiliki dua orang assisten yang membantunya dalam usaha home industry tahu. Yaitu Mas Saryo dan Mba Genuk. Mereka bekerja dari pagi sampai tengah malam.

Beruntung saya diberi kesempatan untuk menengok proses pembuatan tahu dan sedikit mencoba karena penasaran dengan pembuatan tahu. Saya belajar dari tahu itu masih berbentuk kedelai sampai siap dikemas dan dijadikan salah satu pemenuh gizi sehari-hari bagi sebagian besar orang Jawa. 

Pembuatan tahu ditempat Bu Ali biasa dimulai sekitar pukul 14.00 WIB. Kebetulan, saya sedang tidak ada kerjaan waktu itu untuk membersihkan tempat tidur kami, sudah selesai. Saya iseng menuju dapur. 

Ada banyak proses untuk membuat tahu rumahan, mulanya kedelai di cuci dengan air bersih, di rendam dengan air bersih selama 30 menit. Setelah itu, masukan kedelai yang telah di rendam ke dalam mesin penggilingan. Keluarlah kedelai yang sudah melalui proses penggilingan keluar dalam bentuk bubur kedelai. Tahap selanjutnya adalah memasukkan adonan kedelai tadi kedalam tungku raksasa (wadah yg sangat besar seperti kolah )

bersambuuung....

KARYA TULIS ILMIAH SMA

19.06

KARYA TULIS ILMIAH

KELAYAKAN KUALITAS AIR TANAH SEBAGAI AIR MINUM DITINJAU DARI SEGI GEOGRAFIS DAN LABORATORIS DI DESA DAGAN, KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA







 













Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan UN (Ujian Nasional) tahun pelajaran 2012/2013

OLEH :
Nama          : Anisah Mubarokatin
Kelas           : XII IPA 5
NIS                         : 15216


DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURBALIINGGA
SMA NEGERI 1PURBALINGGA
2012




KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah adalah ucapan syukur yang patut kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan nikmat sehat kepada kita semua. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya tulis ilmiah Penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Kelayakan Kualitas Air Tanah sebagai Air Minum Ditinjau dari Segi Geografis dan Laboratoris di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga” sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Nasional tahun 2013.
            Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah berpatisipasi atas tersusunnya karya tulis ilmiah ini. Terimakasih kepada:
1.      Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menuangkan tulisannya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
2.      Kedua orangtua yang tiada terhitung memberikan kasih sayang serta dorongan agar penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3.      Kepada Pak Agus Triyanto selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti-peneliti kecil seperti kami.
4.      Bapak Suheri, sebagai wali kelas XII IPA 5 yang selalu memberikan dorongan agar timbul semangat pada diri penulis.
5.      Teman-teman kelas XII IPA 5 atau Genesis di penghujung waktu kita di kelas XII.
6.      Yang tak terlupakan Ambalan Ganesha dan anggotanya yang telah memberikan begitu banyak pengalaman yang tak didapat di dalam kelas.
7.      Sahabat-sahabat yang tak pernah putus asa untuk selalu memberikan motivasi kepada penulis, dan semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Penulis sadar  masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, sehingga kami mengucapkan mohon maaf.

===============================================================

BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Air bagi manusia merupakan kebutuhan ikhwal yang harus terpenuhi setiap harinya. Karena 75% dari tubuh manusia merupakan cairan dan salah satu komponennya  adalah air. Dalam air terdapat mineral-mineral yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan tulang, peredaran cairan, mengendurkan dan mengencangkan otot, melancarkan metabolisme, menubuhkan jaringan, dan lain sebagainya (Latif, 2012). Air yang dibutuhkan oleh tubuh adalah air yang tidak tercemar dan memenuhi standar baku kelayakan kualitas air minum.
Pemenuhan kebutuhan air minum di pedesaan ataupun perkotaan tergantung pada layanan cakupan air minum, dan kondisi sanitasi pada masyarakat. Standar pemenuhan air di Indonesia untuk masyarakat pedesaan adalah 60 liter/orang/hari, sedangkan untuk masyarakat daerah perkotaan adalah 150 liter/orang/hari. Target pemenuhan air minum Indonesia pada tahun 2015 adalah 70% dan sanitasi sebesar 63,5% berdasarkan kesepakatan konferensi di Johanesburg pada Summit 2002 (Rohim, 2006).
Upaya pemenuhan kebutuhan air minum ini, diwujudkan dengan terus dilakukannya peningkatan terhadap kualitas air minum dari segi fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif. “Kualitas air didefinisikan sebagai kadar parameter air yang dianalisis secara teliti sehingga menunjukkan mutu dan karakteristik air. Mutu dan karakteristik air ditentukan oleh jenis dan sifat-sifat bahan yang terkandung didalamnya. Bahan-bahan tersebut baik yang padat, cair, gas terlarut, maupun yang tak terlarut secara alamiah mungkin sudah terdapat dalam air dan diperoleh selama air mengalami siklus hidrologi. Dengan demikian mutu dan karakteristik air ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana air berada.”
Di Indonesia terutama di daerah perkotaan, masyarakat memenuhi kebutuhan air sehari-hari dengan air PAM. Salah satu perusahaan air minum yang dipercaya oleh sebagian besar masyarakat dan telah mendapat izin dari pemerintah. Sementara bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan, mereka banyak mengambil air untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari alam (sungai, sumur, mata air (tuk). Bagi masyarakat pedesaan yang jauh dari sarana pemenuhan kebutuhan air bersih, sah-sah saja mengambil air dari alam tanpa mengetahui kualitas dari air yang mereka konsumsi. Kebanyakan dari mereka, belum memiliki cukup pengetahuan tentang bagaimana syarat air yang layak untuk dikonsumsi (standar kelayakan). Hal ini masih memberikan harapan yang pupus terhadap apa yang dicita-citakan pada konferensi Summit 2002 yaitu tahun 2015 separuh penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap air minum (Save Drinking Water) harus telah mendapatkannya.
Sebagai contoh dari permasalahan diatas adalah masyarakat Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, kecamatan Bobotsari, Purbalingga yang masih menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari karena air tanah yang terdapat di desa ini tergolong melimpah. Kebanyakan dari masyarakat belum mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam air yang mereka konsumsi setiap hari. Sebelumnya air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga belum pernah diteliti kelayakannya sebagai air minum ataupun sebagai sarana pemenuh kebutuhan rumah tangga.
B.            RUMUSAN MASALAH
1.           Apakah air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga memenuhi kriteria sebagai air minum untuk dikonsumsi masyarakat?
2.           Apakah air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tubuh?
3.           Apakah ada polutan yang mencemari air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga? apakah media penyalur air berpengaruh terhadap kualitas air?



C.           TUJUAN PENELITIAN
1.             Mengidentifikasi kriteria air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga sebagai air utuk dikonsumsi setiap hari
2.             Mendeteksi mineral yang terkandung dalam air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga sebagai pemenuh kebutuhan mineral tubuh
3.             Mengidentifikasi jenis-jenis polutan apa saja yang ada disekitar sumber air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga dan pengaruh media penyalur air terhadap kualitas air.
D.           MANFAAT PENELITIAN
1.             Memberikan informasi kepada masyarakat Desa Dagan Legok RT 03 RW 05, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga tentang kelayakan air minum yang mereka konsumsi selama ini.
2.             Mengetahui jenis polutan apa saja sehingga dapat memberdayakan untuk penanggulangannya
3.             Sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya, berhubung ini merupakan penelitian yang pertama.

=============================================================
BAB II
LANDASAN TEORI

A.           PENGERTIAN AIR TANAH
Air tanah adalah 1 semua air yang meresap dari permukaan tanah sampai ke lapisan batuan; 2 air bawah tanah permukaan dalam zona jenuh; 3 air yang terdapat dalam pori-pori, celah batuan, dan tanah dan rentan terhadap pencemaran karena tidak mengalir (KBBI;2008).
B.            STANDAR KUALITAS AIR MINUM
Air minum yang baik dan layak dikonsumsi memiliki standar baku yang harus dipenuhi. Berikut adalah  pendapat ahli mengenai kriteria air minum yang layak untuk dikonsumsi
1.             Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 416/MENKES/PER/IX/1999 tanggal 30 September 1999
Air minum yang berkualitas, harus memenuhi syarat-syarat baku kualitas air di Indonesia:
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum
Syarat fisik
a.      Suhu dan temperatur (standar : 3o Celcius)
Suhu air yang baik haruslah sama dengan ruangan luar air, jika terpaksa tidak sama paling tidak hanya terpaut   . Tidak boleh terlalu tinggi atau rendah, air yang baik akan  memberikan efek kesegaran setelah diminum.  Temperatur  pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus. Oleh karena itu, suhu menjadi salah satu standar kualitas air dengan tujuan untuk menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya, menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan pencemar yang mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin dan menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air (Agnesa,2011).
b.      Rasa dan Bau (standar : tidak berasa dan tidak berbau)
Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat organik atau bakteri / unsur lain yang masuk ke badan air. Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Agnesa,2011). Air yang beraroma mengindikasikan di dalam air tersebut terdapat aktifitas organisme di dalamnya.
c.       Warna (standar : tidak berwarna; 15 TCU)
Warna air adalah ciri yang dipakai untuk mengkaji kondisi umum dari air limbah. Warna pada air menunjukkan kekuatannya, semakin pekat warna air berarti semakin jelek pula kondisi airnya. Warna ini dipengaruhi oleh pembusukan limbah organik maupun anorganik. Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan, dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau toksis. Meskipun demikian, adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna kuning-kecoklatan pada air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh sebagian konsumen air (Matahelumual, 2008).
d.      Kekeruhan (standar : 5 NTU (Nepelometric Turbidity Unit))
Kekeruhan (turbiditas) adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan–bahan yang terdapat dalam air (Matahelumual, 2008). Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat-zat koloid, yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal itu disebabkan oleh kehadiran zat organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air, menyulitkan dalam usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. Tingkat kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter (Wulan, 2005).
e.       TDS atau Jumlah Zat Padat Terlarut (total dissolved solids) (standar : 1000 mg/liter)
Air yang baik dan layak untuk diminum tidak mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang diperbolehkan yaitu 1000 mg/liter. Padatan yang terlarut di dalam air berupa bahan-bahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air yang mengandung jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak enak, menyebabkan mual, rasa tidak enak pada lidah, penyebab serangan jantung (cardiac disease) dan tixaemia pada wanita hamil (Agnesa, 2011).
Radioaktivasi
a.      Aktivitas Alpha (Gross Alpha Activity)
Standar : 0,1 Bq/liter (Beguere/liter)
Sinar ini merupakan sinar radioaktif yang tidak mempunyai daya tembus, efek yang terjadi lokal. Apabila terdapat sinar ini di lingkungan sekitar, maka dapat menimbulkan kontaminasi radioaktif pada lingkungan, yang dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel tubuh manusia yang terkena. Batuan dasar bumi mengandung jumlah unsur radioaktif yang bervariasi, jumlah radiasi alfa di dalam air juga bervariasi. Sebagai peluruhan unsur radioaktif, radiasi alfa terus dilepaskan ke air tanah. Air tanah merupakan sumber air minum umum, radiasi alfa dalam air minum dapat berupa mineral terlarut atau dalam kasus radon, sebagai gas.
b.      Aktivitas Beta (Gross Beta Activity)
Standar : 1 Bq/liter
Sinar beta dapat menembus kulit, dalamnya tergantung pada aktifitasnya.  Kerusakan yang terjadi dapat lebih luas dan lebih mendalam daripada sinar alpha. Besar sinar ini paling tinggi di dalam air adalah sebesar 1,0 mg/liter. Apabila melebihi kadar tersebut efeknya tidak berbeda dengan sinar alfa yaitu menimbulkan kerusakan pada sel-sel tubuh. Jika tubuh banyak menerima sinar  beta maka akan menyebabkan luka bakar yang parah. Sinar beta juga menimbulkan kerusakan pada jaringan atau organ tubuh jika unsur yang memancarkan sinar beta berada dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama (Agnesa, 2011).
Mikrobiologik
a.      Koliform tinja
Koliform Tinja Belum Diperiksa (Bukan air pipa)
Standar : Setiap 100 ml sampel air, total koliform harus nol
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) bukan merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri pathogen.
Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah : Bakteri typoid, Vibrio colerae, Bakteri dysentriae, Bakteri anteritis (penyakit perut).



2.             Menurut M. Latief pada Kompas.com tanggal 16 Juni 2012
Air yang jernih dan bersih adalah air yang menyehatkan manusia, salah satu kegunaan air bersih adalah sebagai air minum. Berikut beberapa syarat yang harus terpenuhi air bersih sebagai air minum:
a.      Syarat fisik
Syarat fisik air minum adalah syarat yang dapat diterima oleh indera kita, indera pengelihatan, penciuman, dan perasa. Antara lain sebagai berikut:
1.    Tidak berbau, tidak berasa
2.    Jernih, bersih, dan tidak berwarna
3.    Suhu air sesuai dengan suhu ruangan, sehingga menimbulkan efek segar ketika diminum
b.      Syarat kimiawi
Syarat kimia adalah syarat yang menyangkut kadar dan kandungan zat kimia dalam air. Air tidak boleh mengandung zat timah (Pb), oleh karena itu tidak dianjurkan menggunakan paralon dari timah.
Mineral yang diperlukan oleh tubuh antara lain magnesium (Mg), natrium (Na), kalsium (Cl), dan fluor, dengan konsumsi sesuai yang dibutuhkan tubuh (Agnesa, 2011).
c.       Syarat Bakteriologis
1.      Jumlah kuman dalam 1 cc air, harus kurang dari 100 kuman
2.      Tidak mengandung bakteri E.Coli yang dapat mengganggu pencernaan

3.             LETAK GEOGRAFIS DESA DAGAN, KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA
Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Bobotsari, kabupaten Purbalingga. Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga terletak pada 7 15’ LS - 7 30’LS dan 109 15’ BT - 109 30’ BT (Mahyuzar,2010).  Secara geografis Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga Legok berada pada ledokan (seperti lubuk laut pada topografi permukaan laut), dengan ketinggian 4-10 meter dpl dan berada dibawah lereng setinggi . Objek pada penelitian kali ini adalah salah satu dusun di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga meliputi wilayah Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga RT 02 dan RT 03 RW 05 (sering disebut Dagan Legok) dan sekitarnya.


=====================================================================
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.           METODE PENELITIAN
1.             Metode Eksperimental
Metode Eksperimental (laboratorium) akan digunakan untuk menguji syarat-syarat air tanah Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga sebagai air yang layak untuk dikonsumsi. Kriteria kelayakan air yang akan diujikan antara lain syarat fisik (rasa, bau, warna, kekeruhan) dan syarat kimia (pH, suhu, kesadahan).
2.             Metode Wawancara
Metode wawancara ditujukan kepada responden yang merupakan warga Desa Dagan Legok RT 03 RW 05, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Responden yang dipilih sebagai narasumber ditentukan berdasarkan jarak rumah dari mata air.
3.             Metode Pengamatan
Metode pengamatan, berupa pengamatan sumber mata air dari segi geografis.

B.            HIPOTESIS
Air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga tidak tercemar, karena telah memenuhi standar sebagai syarat air minum yang baik (syarat fisik dan kimia), sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat sebagai air minum.

C.           RANCANGAN EKSPERIMEN
a.       Uji laboratoris
Alat :
-          Indikator pH universal
-          termometer suhu
-          gelas kecil (2 buah)
-          Stopwatch
Bahan :
-          Air tanah yang diambil dari sumber air di desa Dagan
-          Air sumur dari sumur warga (pembanding)
-          Soda
Langkah kerja :
1.      Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2.      Amati secara fisik meliputi warna, aroma, rasa dan kekeruhan dari air tanah dan air sumur. Catat hasil pengamatan.
3.      Beri label pada masing-masing gelas dengan nama yang berbeda (misal: AIR SUMUR dan AIR TANAH).
4.      Ambil termometer suhu, dan lihatlah masing-masing suhu dari kedua air yang terdapat di dua gelas yang berbeda. Catat hasil pengamatan suhu.
5.      Potong sedikit kertas pada alat pengukur pH universal. Celupkan pada masing-masing gelas, diamkan selama 30 detik. Lihat perubahan warna pada indikator pH, jika terjadi perubahan warna pada indikator, cocokkan perubahan warna pada indikator dengan warna pH yang sesuai.
6.      Siapkan soda untuk dicampurkan pada kedua gelas tersebut. Catat perubahan yang terjadi pada kedua jenis air tersebut setelah dicampurkan soda.
7.      Amati apakah ada partikel-partikel yang mengendap. Perhatikan juga buih yang muncul pada kedua gelas.



=========================================================================
BAB IV
PEMBAHASAN

A.           HASIL EKSPERIMEN
Berdasarkan uji laboratoris yang telah dilakukan, diperoleh data yang disajikan dalam tabel berikut ini
SYARAT FISIK
No.
Parameter
Air tanah
Air sumur
1.       
Rasa
Tidak berasa
Tidak berasa
2.       
Bau
Tidak berbau
Tidak berbau
3.       
Warna
Bening 
Bening sedikit keruh pengaruh zat koloid halus
4.       
Kekeruhan
Terdapat endapan berupa tanah bekas lumpur di dasar bak mandi
Terdapat koloid halus dalam jumlah yang sedikit.
SYARAT KIMIA
5.       
pH air
Indeks warna pada pH universal menunjukkan warna kuning. Diperkirakan pH ±7 (netral).
Indeks warna pada pH universal menunjukkan warna kuning. Diperkirakan pH air ±7 (netral).
6.       
Suhu (suhu ruang 25ºC)
27ºC
27ºC
7.       
Zat yang ditinggalkan ketika direbus
Terdapat kerak berwarna kekuning-kuningan pada poci yang telah digunakan untuk merebus air tersebut berkali-kali
Sedikit
8.       
Zat yang muncul setelah dicampur soda
Tidak terdapat endapan pada air tanah yang ditambahkan soda. Gelembung yang dihasilkan bentuknya berfariasi, ada yang besar dan kecil. Jarak antar gelembung rapat. Lebih banyak dari daripada air sumur.
Tidak terdapat endapan yang tersisa, setelah ditambahkan soda. Gelembung yang dihasilkan besar- besar dan jarak antar gelembung renggang.
9.       
Kesadahan air
Sadah sementara
Sadah sementara
Tabel 1.1 Hasil Uji Laboratoris

Air tanah adalah air yang asal muasalnya berasal dari tanah, karena adanya resapan air yaitu berupa akar-akar tumbuhan atau benda organik lain yang ada dalam tanah tersebut. Di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga terdapat air tanah yang dijadikan sebagai sarana pemenuh kebutuhan sehari-hari.
Setelah dilakukan pengujian kelayakan kualitas air tanah secara fisik dan kimia, dihasilkan data seperti yang terdapat pada tabel diatas. Pada pegujian kali ini, peneliti menggunakan air tanah yang diambil langsung dari sumber air. Sementara sebagai pembanding, peneliti menggunakan air sumur yang diambil dari sumur warga.
Setelah diamati, kualitas air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga lebih baik dari pada kualitas air sumurnya. Secara fisik, air tanah tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai air minum yang layak untuk dikonsumsi. Syarat fisik air minum yang baik antara lain adalah perbedaan suhu air dan ruang kurang lebih 3 derajat Celcius, tidak berasa dan berbau, tidak berwarna, jernih dan tidak terdapat benda terapung. Dari hasil pengamatan terbukti bahwa air tanah tersebut tidak berasa, tidak berbau, berwarna bening, dan tidak terdapat substansi-substansi yang terapung. Selain itu, setelah diukur menggunakan termometer suhu, indikator pada termometer menunjukkan angka 27ºC. Sementara suhu ruang pada saat dilakukan percobaan adalah 25ºC hanya terpaut 2 derajat celcius saja.
Secara kimiawi, pH air yang sesuai sebagai syarat air minum yang baik adalah 6,5 – 7, pada pengamatan ini diperoleh data bahwa pH air tanah adalah 7 atau netral. Dari segi keasaman air tanah tersebut memenuhi kriteria sebagai air minum. Sementara kesadahan air tanah adalah sadah sementara. Hal ini dubuktikan dengan warna kekuningan yang ada pada poci tempat untuk merebus air. Hal ini tidak akan membahayakan apabila air dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang, karena air tanah tersebut sudah direbus sebelum dikonsumsi sebagai air minum.
Pengujian lain dilakukan sebagai pembanding, yaitu dengan cara menambahkan soda kedalam air tanah yang bertujuan untuk menguji apakah air tersebut mengandung sadah tetap. Apabila setelah ditambahkan soda ditemukan partikel-partikel klorin dan magnesium yang mengendap, maka air tersebut tergolong sadah tetap. Dari hasil percobaan, tidak terdapat partikel-partikel yang mengendap jadi bisa dikatakan bahwa air tersebut bukan air sadah tetap, melainkan tergolong sadah sementara.
Setelah dilakukan wawancara (24 Desember 2012) kepada dua orang responden, diketahui bahwa sejak mereka tinggal di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga mereka sudah mengonsumsi air tersebut sebagai sarana pemenuh kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan sebagai air minum.
Kedua narasumber ini, dapat dijadikan sebagai sampel untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga mengenai syarat-syarat air yang baik untuk dikonsumsi. Hasil wawancara menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat belum mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam air tanah tersebut. Yang mereka ketahui, air tersebut berasal dari batu  padas           dan dari mata air asli sehingga layak untuk dikonsumsi. Ada sebagian dari masyarakat yang mengetahui syarat-syarat air minum yang baik yaitu dari syarat secara fisik seperti tidak keruh, tidak tercemar –dari aktifitas pabrik,kotoran binatang-, dan menyegarkan setelah diminum. Ada pula yang sebatas tahu jika air sudah direbus, maka air tersebut layak dikonsumsi. Meskipun kedua narasumber mengatakan belum tahu kandungan apa saja yang terdapat pada air tanah di desa tersebut, mereka tetap menggunakan sumber air tersebut untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Konsumsi air dalam jangka waktu yang panjang tidak menimbulkan efek yang berarti kepada tubuh para konsumennya. Indikasi ini dapat dinyatakan bahwa zat-zat yang ada dalam air dapat diterima oleh tubuh manusia yang dapat membantu dalam proses metabolisme dan regulasi. (dialog wawancara terlampir)
Sedangkan pada pengamatan secara geografis, dapat kami peroleh data berupa tempat-tempat dan keadaan disekitar sumber air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat. Berikut adalah data hasil pengamatan
No.
Arah mata angin
Air tanah
Air sumur (kedalaman 2 – 2,5 meter)
1.       
Utara 
Lereng kebun ditumbuhi pepohonan.
Halaman rumah Pak Munfarid
2.       
Selatan
Lereng dan banyak terdapat bebatuan besar.
Jalan setapak
3.       
Timur
±10 meter dibawah sumber air terdapat pemukiman warga
Halaman rumah penduduk (Pak Tofid)
4.       
Barat
Batu-batu padas besar dan terdapat rembesan air bersih yang berasal dari resapan akar pohon yang ada di daratan diatas batu-batu tersebut.
Teras rumah Pak Munfarid
5.       
Timur Laut
Lereng
Rumah Pak Ahmad Tofid
6.       
Tenggara
Lereng
Jalan desa
7.       
Barat Daya
Lereng
Masjid Al Mu’minin
8.       
Barat Laut
Lereng
Rumah Pak Munfarid

Tabel 1.2 Hasil Uji Geografis

            Setelah dilakukan pengamatan secara geografis, sumber air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, dikelilingi oleh lereng-lereng yang ditumbuhi oleh pepohonan. Letaknya kurang lebih berada 5-10 meter dibawah daratan yang ada diatasnya. Dan berada sekitar 10 meter diatas pemukiman warga, tepatnya mata air ini terletak di sebuah lereng dengan kemiringan tertentu.
            Air yang dialirkan ke rumah warga hanya menggunakan penyaringan sederhana dan belum memenuhi standar. Kemungkinan adanya kadar bakteriologis dalam air masih ada. Pengamatan berdasarkan pada delapan arah mata angin diperoleh bahwa, disekitar sumber mata air ini tidak terdapat kontaminasi dari polutan-polutan berbahaya seperti limbah pabrik dan klorifom tinja. Yang nampak hanya sampah-sampah organik yang berasal dari daun-daun yang jatuh dari pepohonan di sekitar lokasi. Hanya saja, perlu diteliti lebih lanjut mengenai kandungan tanah di sekitar sumber air.
            Penggunaan selang-selang plastik tidak terlalu berpengaruh terhadap kualitas dari air tanah tersebut. Namun, dalam jangka waktu tertentu selang harus diganti, karena selain sebagai media penyalur, selang juga bisa difungsikan sebagai media saring. Selang plastik yang digunakan bertahun-tahun ddalamnya terdapat filtrat yang tertimbun sejak digunakannya selang tersebut. Jika selang tidak diganti dalam jangka waktu tertentu, dimungkinkan terdapat bakteri dan telur cacing yang mengendap di dalamnya. (untuk potret lebih nyata bisa dilihat pada CD dokumentasi yang terlampir)


==========================================================================
BAB V
PENUTUP
A.           KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian, air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, memenuhi syarat secara fisik dan kimiawi, ada pula kandungan klorin dan magnesium yang dibutuhkan oleh tubuh. Pegamatan secara geografis membuktikan bahwa tidak ada polutan berbahaya disekitar sumber air tanah. Dari hasil pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, memenuhi kriteria sebagai air minum dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.
B.            SARAN
Dalam penelitian ini, masih banyak kekurangan dari peneliti. Masih banyak hal vital yang belum dapat dilakukan oleh peneliti, seperti pengujian radioaktif dan penelitian yang berhubungan dengan alat laboratorium yang lain.
Penelitian ini masih harus ditindak lanjuti dalam program penelitian dalam kapasitas yang lebih besar. Penelitian ini merupakan penelitian perdana yang masih jauh dari kata sempurna karena berbagai macam keterbatasan. Peneliti berharap penelitian dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut dengan topik yang serupa.



LAMPIRAN I
Percobaan 1 (Pengujian Suhu dan pH)
Gambar 1.1
Air tanah dan air sumur


Gambar 1.2. Pengukuran suhu air tanah
Gambar 1.3. Suhu air tanah 27ºC





Gambar 1.4. Pengukuran suhu air sumur


Gambar 1.5. Trayek warna pada pH universal menunjukkan warna kuning pH 7 (netral)

Gambar 1.6. Trayek warna pada pH universal menunjukkan warna kuning pH 7 (netral)



===========================================================================
LAMPIRAN II
HASIL WAWANCARA
Responden 1
Nama                           : Ibu Daimah
Pekerjaan                     : Ibu rumah tangga / tani
Jarak dr sumber air      : ±50 meter
Tanggal wawancara    : 24 Desember 2012
Pukul                           : 13 : 53 WIB
DIALOG WAWANCARA
Peneliti            : “Selamat siang, Bu.”
Responden 1   : “Selamat siang, Mba Anis.”
Peneliti            : “Bu, saya mau mengajukan beberapa pertanyaan.”
Responden 1   : “Ya, silahkan.”
Peneliti            : “Sejak kapan Ibu tinggal di Desa Dagan?”
Responden 1   : “Sejak bayi, sejak saya kecil.”
Peneliti            : “Apakah di rumah Ibu terdapat kamar mandi atau semacamnya  tidak?”
Responden 1   : “Punya. Kamar mandi punya, tempat pencucian piring punya, WC punya.”
Peneliti            : “Kalau terdapat MCK, pastikan harus ada airnya ya Bu. Nah, air itu Ibu dapatkan dari mana?”
Responden 1   : “Dari pereng, keluarnya air dari batu padas, nyampe dirumah pake selang.”
Peneliti            : “Nyampe dirumahnya menggunakan selang plastik?”
Responden 1   : “Ya.”
Peneliti            : “Itukan tadi untuk kebutuhan mandi dan sebagainya, kalau untuk kebutuhan air minum sendiri dari mana, Bu?”
Responden 1   : “Ya .... dari situ juga, tapi ya tadi itu Mba, langsung ditampung pake poci kemudian direbus.”
Peneliti            : “Kemudian, sejak kapan Ibu mengonsumsi air itu?”
Responden 1   : “Ya .... sejak kecil.”
Peneliti            : “Sejak lahir?”
Responden 1   : “Ya iyaa .... sejak nenek moyang kita ada.”
Peneliti            : “Mengapa Ibu, memilih batu padas tadi sebagai sumber air minum?”
Responden 1   : “Airnya enak, jernih, bersih.”
Peneliti            : “Terus, ada faktor lain lagi?”
Responden 1   : “Yaa... gitu aja sih.”
Peneliti            : “Mungkin karena mudah didapat, Bu?”
Responden 1   : “Mudah, engga kesulitan engga .... Satu minggu dikontrol.”
Peneliti            : “Dikontrol bagaimana itu maksudnya?”
Responden 1   : “Ya airnya itu, apa ada daun jatuh atau tidak.”
Peneiti             : “Bu, apakah ibu punya penampung air tersendiri? Atau dari selang langsung ke bak mandi?”
Responden 1   : “Langsung ke bak mandi. Nanti kalau mau merebus baru ditampung di poci kalau tidak di ember.”
Peneliti            : “Nah, itu tidak disaring dulu Bu?”
Responden 1   : “Yaaa, kalau pake ember disaring dulu. Kalau pake poci itu untuk mandi anak-anak, direbus.”
Peneliti            : “Bu, apakah Ibu tahu syarat air yang baik sebagai air minum?”
Responden 1   : “Yaa, dari kamar mandi ke belakang.”
Peneliti            : “Syarat-syaratnya lho Bu, air tersebut bisa diminum. Ibu tahu tidak?”
Responden 1   : “Yaaa, direbus dulu ntar baru diminum. Yaa, kalau bisa diminum sekalian dingin, engga apa-apa.”
Peneliti            : “Sering seperti itu, Bu?”
Responden 1   : “Iya, enak.”
Peneliti            : “Bu, Ibu tahu atau tidak di dalam air yang Ibu minum sehari-hari kandungannya apa?”
Responden 1   : “Ada debunya, lumpur, kadang ada lumutnya. Lumut yang ada di dalam selang, kalau sudah sampai rumah si paling cuma ada debunya.”
Peneliti            : “Tadi, Ibu menggunakan selang untuk mengalirkan air dari batu padas?”
Responden 1   : “Iyaa.”
Peneliti            : “Selangnya plastik? Berapa meter?”
Responden 1   : “Iya .... Satu roll, sekitar 50 meter. Ya sekitar 50-100 meter.”
Peneliti            : “Kemudian, selama Ibu mengonsumsi dari lahir sampai sekarang apakah ada keluhan?”
Responden 1   : “Engga, enak, seger.”
Peneliti            : “Setelah Ibu meminum air itu, apakah yang Ibu rasakan?”
Responden 1   : “Enak, seger.”
Peneliti            : “Engga sakit perut, Bu?”
Responden 1   : “Engga.”
Peneliti            : “Engga pusing, Bu? Engga mual, Bu?”
Responden 1   : “Engga, kalau pusing itu kalau belum punya uang, haha.”
Peneliti            : “Oh, malah pusingnya karena engga punya uang ya, Bu? Haha. Baiklah, terimakasih Bu, atas wawancaranya pada siang hari ini. Semoga tetap sehat dengan meminum air bersih dari wadas itu. Wassalamu ‘alaikum warakhmatullohi wabarakatuh.”
Responden 2
Nama                           : Ibu Suibah
Pekerjaan                     : Ibu Rumah Tangga
Jarak dr sumber air      : ±250 meter
Tanggal wawancara    : 24 Desember 2012
Pukul                           : 14:10 WIB
DIALOG WAWANCARA
Peneliti            : “Selamat siang, Ibu.”
Responden 2   : “Selamat siang.”
Peneliti            : “Ibu. Termasuk salah satu warga Desa Dagan, benar?”
Responden 2   : “Ya, betul.”
Peneliti            : “Sejak kapan ibu tinggal di Desa Dagan?”
Responden 2   : “Kurang lebih 10 tahun yang lalu.”
Peneliti            : “Apakah ditempat tinggal Ibu terdapat MCK (Mandi, Cuci, Kakus)?”
Responden 2   : “Ya, ada. Kumplit.”
Peneliti            : “Nah, sarana MCK itu kan pasti membutuhkan air, dari manakah Ibu mendapatkan air tersebut (sumbernya)?”
Responden 2   : “Air bersih dari pegunungan. Itu lho, lereng-lereng disekitar sini kan termasuk pegunungan. Air bersih lah pokoknya.”
Peneliti            : “Itu tadi kan untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus ya? Nah, kalau untuk minum, sumbernya dari mana?”
Responden 2   : “Ya, dari situ. Dari satu sumber itu.”
Peneliti            : “Dari pertama kali Ibu tinggal disini, yaitu sekitar sepuluh tahun lalu, apakah air yang dikonsumsi berasal dari sumber air tersebut?”
Responden 2   : “Betul! Karena memang air itu air bersih. Air yang tidak tercemar oleh lingkungan. Air bersih.”
Peneliti            : “Kenapa Ibu memilih sumber air tersebut sebagai sumber air minum?”
Resonden 2     : “Karena air tersebut air yang tidak tercemari. Air bersih intinya.”
Peneliti            : “Apakah Ibu mengetahui syarat-syarat air yang baik bagi air minum?”
Responden 2   : “Tanda-tandanya ya. Engga keruh, bening, engga tercemari. Maksudnya tidak tercemari oleh lingkungan seperti pabrik, kotoran binatang. Seperti misalnya kandang kerbau, sumber air ini kan cukup jauh dari kandang kerbau.”
Peneliti            : “Kira-kira seperti itu ya Bu, ciri-cirinya? Kemudian apakah Ibu tahu kandungan-kandungan apa saja yang terdapat dalam air yang Ibu konsumsi?”
Responden 2   : “Kandungannya? Kandungan air? Apa ya? Kandungan? Yaa, diminum terasa enak, untuk mandi ngga gatal-gatal. Kalau garam kan mengandung yodium misalkan, nah ini zatnya zat apa? Haha. Kalau garam si tau zatnya zat yodium, kalau air zatnya apa? Paling ya itu tadi, diminum terasa enak dan buat mandi engga gatal-gatal.”
Peneliti            : “Mungkin kalau air disini dengan ditempat lain, perbedaannya?”
Responden 2   : “Mungkin tergantung medannya. Kalau di daerah Karanganyar airnya keruh, jadi engga enak dimakan, untuk mandi engga enak bagi saya lho ya. Ada kandungan lumpur. Kalau disini kan dari mata air sumber kan murni engga ada campuran tanah dan lumpur. Kalau ujan juga tetap bening, warnanya tidak berubah. Walaupun hujan lho, beda dengan curug sebelah sana, kalau hujan kan airnya keruh. Nah, kalau dari mata air kan airnya jernih walaupun hujan lebat engga akan keruh. Itu namanya air bersih. Air sehat. Langsung dari sumbernya, kalau zatnya ngga tau, garam lha tau. Mengandung apa? Mengandung yodium. Itu yang bagus, yang bermerek itu REFINA.”
Peneliti            : “Kemudian, untuk menyalurkan air dari sumber sendiri ke rumah ibu, menggunakan apa?”
Responden 2   : “Selang.”
Peneliti            : “Terbuat dari apa?”
Responden 2   : “Plastik.”
Peneliti            : “Panjang dari selang plastik itu, sekitar berapa meter?”
Responden 2   : “Berarti kalau sampai rumah, kalau engga salah ya? membutuhkan sekitar tiga roll sampai empat roll. Satu roll ada yang 50 meter ada yang 100 meter. Yaa sekitar 200 meter lah, jaraknya.”
Peneliti            : “Itu sudah langsung sampai ke bak mandi?”
Responden 2   : “Iya. Eh, malah lebih ding empat roll lebih. Lima roll malah lho.”
Peneliti            : “Berarti sekitar 250 meter, Bu?”
Responden 2   : “Iyaa.”
Peneliti            : “Nah, dirumah Ibu, ditampung dimana?”
Responden 2   : “Kan airnya mengalir ya? Ya itu langsung ada di kolah (bak mandi). Tapi kan mengalir terus, jadi engga ditampung, kan jadinya sehat. Airnya kan jatuh di kolah, tapi mengalir terus kan sehat jadinya. Air yang mengalir sama yang ditampung kan beda, kalau ditampung kan ada jentik-jentiknya. Kalau mengalir terus kan engga untuk tempat nyamuk. Namanya air sehat.”
Peneliti            : “Kemudian, ketika pertama kali datang kemari ketika mengonsumsi air tersebut apakah ada keluhan tersendiri?”
Responden 2   : “Alhamdulillah engga. Engga ada keluhan, seperti sakit perut, gatal-gatal.”
Peneliti            : “Efek setelah meminum air tersebut, apakah pernah mual, pusing?”
Responden 2   : “Engga, tapi lebih cenderung ke segarnya, soalnya kan airnya dari mata air langsung. Engga campuran, misalnya dari sungai dan mata air engga seperti itu. Ini mutlak dari mata air.”
Peneliti            : “Mungkin tadi cukup pertanyaan yang saya ajukan, terimakasih. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam menyampaikan pertanyaan. Sekali lagi terimakasih, wassalamu ‘alaikum warakhmatullohi wabarokatuh.”


===========================================================================
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mahyuzar, M. 2010. Atlas Tematik Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Aneka Ilmu.
Tim Pustaka Phoenix. 2010. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: Media Pustaka Phoenix.
Purwanto, Agus Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media.
Agnesa, Adnan. 2011. Makalah Pengelolaan Air Minum. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/07/makalah-pengelolaan-air-minum.html. Diakses tanggal 30 September 2012.
Awaluddin. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah sebagai Sumber Air Minum pada Skala Rumah Tangga. http://unlastnoel.files.wordpress.com/2009/04/awaluddin-in-teknologi-air-minum-pam-ftsp-uii1.pdf. Diakses tanggal 30 September 2012.
Matahelumual,Bethy. 2008. Mengenal Air di Sekitar. Warta Geologi. http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/warta200803.pdf. Diakses tanggal 30 September 2012.
Wulan, Anisa. 2005. Kualitas Air Bersih untuk Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga di Desa Pesarean kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH011c/deae6e75.dir/doc.pdf. Diakses tanggal 30 September 2012.