KARYA TULIS ILMIAH
KELAYAKAN KUALITAS AIR TANAH
SEBAGAI AIR MINUM DITINJAU DARI SEGI GEOGRAFIS DAN LABORATORIS DI DESA DAGAN,
KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA
Karya
Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan
UN (Ujian Nasional) tahun pelajaran 2012/2013
OLEH
:
Nama : Anisah Mubarokatin
Kelas
: XII IPA 5
NIS
: 15216
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
PURBALIINGGA
SMA NEGERI 1PURBALINGGA
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah adalah ucapan syukur
yang patut kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan nikmat sehat kepada kita semua. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya tulis ilmiah Penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Kelayakan
Kualitas Air Tanah sebagai Air Minum Ditinjau dari Segi Geografis dan
Laboratoris di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga” sebagai
salah satu syarat menempuh Ujian Nasional tahun 2013.
Penulis mengucapkan terima kasih
atas dukungan dari berbagai pihak yang telah berpatisipasi atas tersusunnya karya
tulis ilmiah ini. Terimakasih kepada:
1. Allah
SWT yang telah memberikan nikmat sehat sehingga penulis masih diberi kesempatan
untuk menuangkan tulisannya dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
2. Kedua
orangtua yang tiada terhitung memberikan kasih sayang serta dorongan agar penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Kepada
Pak Agus Triyanto selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya
untuk membimbing peneliti-peneliti kecil seperti kami.
4. Bapak
Suheri, sebagai wali kelas XII IPA 5 yang selalu memberikan dorongan agar
timbul semangat pada diri penulis.
5. Teman-teman
kelas XII IPA 5 atau Genesis di penghujung waktu kita di kelas XII.
6. Yang
tak terlupakan Ambalan Ganesha dan anggotanya yang telah memberikan begitu
banyak pengalaman yang tak didapat di dalam kelas.
7. Sahabat-sahabat
yang tak pernah putus asa untuk selalu memberikan motivasi kepada penulis, dan
semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
sadar masih banyak kekurangan dalam
penyusunan karya tulis ilmiah ini, sehingga kami mengucapkan mohon maaf.
===============================================================
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Air
bagi manusia merupakan kebutuhan ikhwal yang harus terpenuhi setiap harinya.
Karena 75% dari tubuh manusia merupakan cairan dan salah satu komponennya adalah air. Dalam air terdapat mineral-mineral
yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan tulang, peredaran cairan,
mengendurkan dan mengencangkan otot, melancarkan metabolisme, menubuhkan
jaringan, dan lain sebagainya (Latif, 2012). Air yang dibutuhkan oleh tubuh
adalah air yang tidak tercemar dan memenuhi standar baku kelayakan kualitas air
minum.
Pemenuhan
kebutuhan air minum di pedesaan ataupun perkotaan tergantung pada layanan
cakupan air minum, dan kondisi sanitasi pada masyarakat. Standar pemenuhan air
di Indonesia untuk masyarakat pedesaan adalah 60 liter/orang/hari, sedangkan
untuk masyarakat daerah perkotaan adalah 150 liter/orang/hari. Target pemenuhan
air minum Indonesia pada tahun 2015 adalah 70% dan sanitasi sebesar 63,5%
berdasarkan kesepakatan konferensi di Johanesburg pada Summit 2002 (Rohim,
2006).
Upaya
pemenuhan kebutuhan air minum ini, diwujudkan dengan terus dilakukannya
peningkatan terhadap kualitas air minum dari segi fisik, kimia, bakteriologis,
dan radioaktif. “Kualitas air didefinisikan sebagai kadar parameter air yang
dianalisis secara teliti sehingga menunjukkan mutu dan karakteristik air. Mutu
dan karakteristik air ditentukan oleh jenis dan sifat-sifat bahan yang
terkandung didalamnya. Bahan-bahan tersebut baik yang padat, cair, gas terlarut,
maupun yang tak terlarut secara alamiah mungkin sudah terdapat dalam air dan
diperoleh selama air mengalami siklus hidrologi. Dengan demikian mutu dan
karakteristik air ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana air berada.”
Di
Indonesia terutama di daerah perkotaan, masyarakat memenuhi kebutuhan air
sehari-hari dengan air PAM. Salah satu perusahaan air minum yang dipercaya oleh
sebagian besar masyarakat dan telah mendapat izin dari pemerintah. Sementara
bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan, mereka banyak mengambil air untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari alam (sungai, sumur, mata air (tuk). Bagi masyarakat pedesaan yang jauh
dari sarana pemenuhan kebutuhan air bersih, sah-sah saja mengambil air dari
alam tanpa mengetahui kualitas dari air yang mereka konsumsi. Kebanyakan dari
mereka, belum memiliki cukup pengetahuan tentang bagaimana syarat air yang
layak untuk dikonsumsi (standar kelayakan). Hal ini masih memberikan harapan
yang pupus terhadap apa yang dicita-citakan pada konferensi Summit 2002 yaitu
tahun 2015 separuh penduduk dunia yang saat ini belum mendapatkan akses
terhadap air minum (Save Drinking Water) harus telah mendapatkannya.
Sebagai
contoh dari permasalahan diatas adalah masyarakat Desa Dagan, Kecamatan
Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, kecamatan Bobotsari, Purbalingga yang masih
menggunakan air tanah untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari karena air
tanah yang terdapat di desa ini tergolong melimpah. Kebanyakan dari masyarakat
belum mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam air yang mereka
konsumsi setiap hari. Sebelumnya air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari,
Kabupaten Purbalingga belum pernah diteliti kelayakannya sebagai air minum
ataupun sebagai sarana pemenuh kebutuhan rumah tangga.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah air tanah di Desa Dagan,
Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten
Purbalingga memenuhi kriteria sebagai air minum untuk dikonsumsi masyarakat?
2.
Apakah air tanah di Desa Dagan,
Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga mengandung mineral yang dibutuhkan
oleh tubuh?
3.
Apakah ada polutan yang mencemari air
tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga? apakah media
penyalur air berpengaruh terhadap kualitas air?
C.
TUJUAN
PENELITIAN
1.
Mengidentifikasi kriteria air tanah di Desa
Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga sebagai air utuk dikonsumsi
setiap hari
2.
Mendeteksi mineral yang terkandung dalam
air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga sebagai
pemenuh kebutuhan mineral tubuh
3.
Mengidentifikasi jenis-jenis polutan apa
saja yang ada disekitar sumber air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari,
Kabupaten Purbalingga dan pengaruh media penyalur air terhadap kualitas air.
D.
MANFAAT
PENELITIAN
1.
Memberikan informasi kepada masyarakat Desa
Dagan Legok RT 03 RW 05, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga tentang
kelayakan air minum yang mereka konsumsi selama ini.
2.
Mengetahui jenis polutan apa saja
sehingga dapat memberdayakan untuk penanggulangannya
3.
Sebagai dasar bagi penelitian
selanjutnya, berhubung ini merupakan penelitian yang pertama.
=============================================================
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
PENGERTIAN
AIR TANAH
Air tanah adalah 1 semua air yang
meresap dari permukaan tanah sampai ke lapisan batuan; 2 air bawah tanah permukaan
dalam zona jenuh; 3 air yang terdapat dalam pori-pori, celah batuan, dan tanah
dan rentan terhadap pencemaran karena tidak mengalir (KBBI;2008).
B.
STANDAR
KUALITAS AIR MINUM
Air
minum yang baik dan layak dikonsumsi memiliki standar baku yang harus dipenuhi.
Berikut adalah pendapat ahli mengenai
kriteria air minum yang layak untuk dikonsumsi
1.
Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 416/MENKES/PER/IX/1999 tanggal 30
September 1999
Air
minum yang berkualitas, harus memenuhi syarat-syarat baku kualitas air di
Indonesia:
Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum
Syarat fisik
a.
Suhu
dan temperatur (standar : 3o Celcius)
Suhu air yang baik
haruslah sama dengan ruangan luar air, jika terpaksa tidak sama paling tidak
hanya terpaut
. Tidak boleh terlalu tinggi atau rendah,
air yang baik akan memberikan efek
kesegaran setelah diminum. Temperatur pada air mempengaruhi secara langsung
toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan
virus. Oleh karena itu, suhu menjadi salah satu standar kualitas air dengan
tujuan untuk menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang
dibutuhkannya, menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan-bahan pencemar
yang mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin dan menjaga adanya temperatur
air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme dan
virus dalam air (Agnesa,2011).
b.
Rasa
dan Bau (standar : tidak berasa dan tidak berbau)
Rasa dapat ditimbulkan
karena adanya zat organik atau bakteri / unsur lain yang masuk ke badan air.
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik (Agnesa,2011). Air
yang beraroma mengindikasikan di dalam air tersebut terdapat aktifitas
organisme di dalamnya.
c.
Warna
(standar
: tidak berwarna; 15 TCU)
Warna air adalah ciri yang
dipakai untuk mengkaji kondisi umum dari air limbah. Warna pada air menunjukkan
kekuatannya, semakin pekat warna air berarti semakin jelek pula kondisi airnya.
Warna ini dipengaruhi oleh pembusukan limbah organik maupun anorganik. Air yang
mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan,
dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau toksis. Meskipun
demikian, adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna kuning-kecoklatan pada
air, yang menjadikan air tersebut tidak disukai oleh sebagian konsumen air
(Matahelumual, 2008).
d.
Kekeruhan
(standar
: 5 NTU (Nepelometric Turbidity Unit))
Kekeruhan (turbiditas)
adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan
air. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan–bahan yang terdapat
dalam air (Matahelumual, 2008). Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya
zat-zat koloid, yaitu zat yang terapung serta terurai secara halus sekali. Hal
itu disebabkan oleh kehadiran zat organik, jasad renik, lumpur, tanah liat dan
benda terapung yang tidak mengendap dengan segera. Semakin banyak kandungan
koloid maka air semakin keruh. Sedang dari segi estetika kekeruhan air
dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warna
air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air, menyulitkan dalam
usaha penyaringan dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi. Tingkat
kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode
Turbidimeter (Wulan, 2005).
e.
TDS atau Jumlah Zat Padat Terlarut (total dissolved solids) (standar
: 1000 mg/liter)
Air yang baik dan layak
untuk diminum tidak mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi
batas maksimal yang diperbolehkan yaitu 1000 mg/liter. Padatan yang terlarut di
dalam air berupa bahan-bahan kimia anorganik dan gas-gas yang terlarut. Air
yang mengandung jumlah padatan melebihi batas menyebabkan rasa yang tidak enak,
menyebabkan mual, rasa tidak enak pada lidah, penyebab serangan jantung (cardiac
disease) dan tixaemia pada wanita hamil (Agnesa, 2011).
Radioaktivasi
a.
Aktivitas
Alpha (Gross Alpha Activity)
Standar : 0,1 Bq/liter
(Beguere/liter)
Sinar ini merupakan
sinar radioaktif yang tidak mempunyai daya tembus, efek yang terjadi lokal.
Apabila terdapat sinar ini di lingkungan sekitar, maka dapat menimbulkan
kontaminasi radioaktif pada lingkungan, yang dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel
tubuh manusia yang terkena. Batuan dasar bumi mengandung jumlah unsur
radioaktif yang bervariasi, jumlah radiasi alfa di dalam air juga bervariasi.
Sebagai peluruhan unsur radioaktif, radiasi alfa terus dilepaskan ke air tanah.
Air tanah merupakan sumber air minum umum, radiasi alfa dalam air minum dapat berupa
mineral terlarut atau dalam kasus radon, sebagai gas.
b.
Aktivitas
Beta (Gross Beta Activity)
Standar : 1 Bq/liter
Sinar beta dapat
menembus kulit, dalamnya tergantung pada aktifitasnya. Kerusakan yang
terjadi dapat lebih luas dan lebih mendalam daripada sinar alpha. Besar sinar
ini paling tinggi di dalam air adalah sebesar 1,0 mg/liter. Apabila melebihi
kadar tersebut efeknya tidak berbeda dengan sinar alfa yaitu menimbulkan
kerusakan pada sel-sel tubuh. Jika tubuh banyak menerima sinar beta maka
akan menyebabkan luka bakar yang parah. Sinar beta juga menimbulkan kerusakan
pada jaringan atau organ tubuh jika unsur yang memancarkan sinar beta berada
dalam tubuh dalam waktu yang cukup lama (Agnesa, 2011).
Mikrobiologik
a.
Koliform
tinja
Koliform Tinja Belum Diperiksa
(Bukan air pipa)
Standar : Setiap 100 ml
sampel air, total koliform harus nol
Sumber-sumber air di
alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun
air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi
yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan melalui faecal
material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Oleh
karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari
bakteri patogen. Bakteri golongan Coli (Coliform bakteri) bukan
merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari
pencemaran air oleh bakteri pathogen.
Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan
demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air
itu mengandung bakteri pathogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri
golongan Coli. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah.
Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah : Bakteri typoid,
Vibrio colerae, Bakteri dysentriae, Bakteri anteritis
(penyakit perut).
2.
Menurut
M. Latief pada Kompas.com tanggal 16 Juni 2012
Air
yang jernih dan bersih adalah air yang menyehatkan manusia, salah satu kegunaan
air bersih adalah sebagai air minum. Berikut beberapa syarat yang harus
terpenuhi air bersih sebagai air minum:
a. Syarat
fisik
Syarat fisik air minum adalah syarat yang dapat
diterima oleh indera kita, indera pengelihatan, penciuman, dan perasa. Antara
lain sebagai berikut:
1. Tidak
berbau, tidak berasa
2. Jernih,
bersih, dan tidak berwarna
3. Suhu
air sesuai dengan suhu ruangan, sehingga menimbulkan efek segar ketika diminum
b. Syarat
kimiawi
Syarat kimia adalah syarat yang menyangkut kadar dan
kandungan zat kimia dalam air. Air tidak boleh mengandung zat timah (Pb), oleh
karena itu tidak dianjurkan menggunakan paralon dari timah.
Mineral yang diperlukan oleh tubuh antara lain
magnesium (Mg), natrium (Na), kalsium (Cl), dan fluor, dengan konsumsi sesuai
yang dibutuhkan tubuh (Agnesa, 2011).
c. Syarat
Bakteriologis
1. Jumlah
kuman dalam 1 cc air, harus kurang dari 100 kuman
2. Tidak
mengandung bakteri E.Coli yang dapat
mengganggu pencernaan
3.
LETAK
GEOGRAFIS DESA DAGAN, KECAMATAN BOBOTSARI, KABUPATEN PURBALINGGA
Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten
Purbalingga adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Bobotsari,
kabupaten Purbalingga. Desa Dagan, Kecamatan
Bobotsari, Kabupaten Purbalingga terletak pada 7
15’ LS - 7
30’LS dan 109
15’ BT - 109
30’ BT (Mahyuzar,2010).
Secara geografis Desa Dagan, Kecamatan
Bobotsari, Kabupaten Purbalingga Legok berada pada ledokan (seperti lubuk laut pada
topografi permukaan laut), dengan ketinggian 4-10 meter dpl dan berada dibawah
lereng setinggi
. Objek pada penelitian kali ini adalah
salah satu dusun di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga
meliputi wilayah Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga RT 02
dan RT 03 RW 05 (sering disebut Dagan Legok) dan sekitarnya.
=====================================================================
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
METODE
PENELITIAN
1.
Metode
Eksperimental
Metode
Eksperimental (laboratorium) akan digunakan untuk menguji syarat-syarat air
tanah Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga sebagai air yang
layak untuk dikonsumsi. Kriteria kelayakan air yang akan diujikan antara lain
syarat fisik (rasa, bau, warna, kekeruhan) dan syarat kimia (pH, suhu,
kesadahan).
2.
Metode
Wawancara
Metode wawancara ditujukan kepada responden
yang merupakan warga Desa Dagan Legok RT 03 RW 05, Kecamatan Bobotsari,
Kabupaten Purbalingga. Responden yang dipilih sebagai narasumber ditentukan
berdasarkan jarak rumah dari mata air.
3.
Metode
Pengamatan
Metode pengamatan, berupa pengamatan sumber mata air
dari segi geografis.
B.
HIPOTESIS
Air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari,
Kabupaten Purbalingga tidak tercemar, karena telah memenuhi standar sebagai
syarat air minum yang baik (syarat fisik dan kimia), sehingga dapat dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai air minum.
C.
RANCANGAN
EKSPERIMEN
a. Uji
laboratoris
Alat :
-
Indikator pH universal
-
termometer suhu
-
gelas kecil (2 buah)
-
Stopwatch
Bahan
:
-
Air tanah yang diambil dari sumber air
di desa Dagan
-
Air sumur dari sumur warga (pembanding)
-
Soda
Langkah
kerja :
1. Siapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Amati
secara fisik meliputi warna, aroma, rasa dan kekeruhan dari air tanah dan air
sumur. Catat hasil pengamatan.
3. Beri
label pada masing-masing gelas dengan nama yang berbeda (misal: AIR SUMUR dan
AIR TANAH).
4. Ambil
termometer suhu, dan lihatlah masing-masing suhu dari kedua air yang terdapat
di dua gelas yang berbeda. Catat hasil pengamatan suhu.
5. Potong
sedikit kertas pada alat pengukur pH universal. Celupkan pada masing-masing
gelas, diamkan selama 30 detik. Lihat perubahan warna pada indikator pH, jika
terjadi perubahan warna pada indikator, cocokkan perubahan warna pada indikator
dengan warna pH yang sesuai.
6. Siapkan
soda untuk dicampurkan pada kedua gelas tersebut. Catat perubahan yang terjadi
pada kedua jenis air tersebut setelah dicampurkan soda.
7. Amati
apakah ada partikel-partikel yang mengendap. Perhatikan juga buih yang muncul
pada kedua gelas.
=========================================================================
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
HASIL
EKSPERIMEN
Berdasarkan
uji laboratoris yang telah dilakukan, diperoleh data yang disajikan dalam tabel
berikut ini
SYARAT
FISIK
|
|||
No.
|
Parameter
|
Air tanah
|
Air sumur
|
1.
|
Rasa
|
Tidak
berasa
|
Tidak
berasa
|
2.
|
Bau
|
Tidak
berbau
|
Tidak
berbau
|
3.
|
Warna
|
Bening
|
Bening
sedikit keruh pengaruh zat koloid halus
|
4.
|
Kekeruhan
|
Terdapat
endapan berupa tanah bekas lumpur di dasar bak mandi
|
Terdapat
koloid halus dalam jumlah yang sedikit.
|
SYARAT KIMIA
|
|||
5.
|
pH
air
|
Indeks
warna pada pH universal menunjukkan warna kuning. Diperkirakan pH ±7
(netral).
|
Indeks
warna pada pH universal menunjukkan warna kuning. Diperkirakan pH air ±7
(netral).
|
6.
|
Suhu
(suhu ruang 25ºC)
|
27ºC
|
27ºC
|
7.
|
Zat
yang ditinggalkan ketika direbus
|
Terdapat
kerak berwarna kekuning-kuningan pada poci yang telah digunakan untuk merebus
air tersebut berkali-kali
|
Sedikit
|
8.
|
Zat
yang muncul setelah dicampur soda
|
Tidak
terdapat endapan pada air tanah yang ditambahkan soda. Gelembung yang
dihasilkan bentuknya berfariasi, ada yang besar dan kecil. Jarak antar
gelembung rapat. Lebih banyak dari daripada air sumur.
|
Tidak
terdapat endapan yang tersisa, setelah ditambahkan soda. Gelembung yang
dihasilkan besar- besar dan jarak antar gelembung renggang.
|
9.
|
Kesadahan
air
|
Sadah
sementara
|
Sadah
sementara
|
Tabel 1.1 Hasil Uji Laboratoris
Air tanah adalah air yang asal
muasalnya berasal dari tanah, karena adanya resapan air yaitu berupa akar-akar tumbuhan
atau benda organik lain yang ada dalam tanah tersebut. Di Desa Dagan, Kecamatan
Bobotsari, Kabupaten Purbalingga terdapat air tanah yang dijadikan sebagai
sarana pemenuh kebutuhan sehari-hari.
Setelah dilakukan pengujian
kelayakan kualitas air tanah secara fisik dan kimia, dihasilkan data seperti
yang terdapat pada tabel diatas. Pada pegujian kali ini, peneliti menggunakan
air tanah yang diambil langsung dari sumber air. Sementara sebagai pembanding,
peneliti menggunakan air sumur yang diambil dari sumur warga.
Setelah diamati, kualitas air tanah
di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga lebih baik dari pada
kualitas air sumurnya. Secara fisik, air tanah tersebut sudah memenuhi kriteria
sebagai air minum yang layak untuk dikonsumsi. Syarat fisik air minum yang baik
antara lain adalah perbedaan suhu air dan ruang kurang lebih 3 derajat Celcius,
tidak berasa dan berbau, tidak berwarna, jernih dan tidak terdapat benda
terapung. Dari hasil pengamatan terbukti bahwa air tanah tersebut tidak berasa,
tidak berbau, berwarna bening, dan tidak terdapat substansi-substansi yang
terapung. Selain itu, setelah diukur menggunakan termometer suhu, indikator
pada termometer menunjukkan angka 27ºC. Sementara suhu ruang pada saat
dilakukan percobaan adalah 25ºC hanya terpaut 2 derajat celcius saja.
Secara kimiawi, pH air yang sesuai
sebagai syarat air minum yang baik adalah 6,5 – 7, pada pengamatan ini
diperoleh data bahwa pH air tanah adalah 7 atau netral. Dari segi keasaman air
tanah tersebut memenuhi kriteria sebagai air minum. Sementara kesadahan air
tanah adalah sadah sementara. Hal ini dubuktikan dengan warna kekuningan yang
ada pada poci tempat untuk merebus air. Hal ini tidak akan membahayakan apabila
air dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang, karena air tanah tersebut sudah
direbus sebelum dikonsumsi sebagai air minum.
Pengujian lain dilakukan sebagai
pembanding, yaitu dengan cara menambahkan soda kedalam air tanah yang bertujuan
untuk menguji apakah air tersebut mengandung sadah tetap. Apabila setelah
ditambahkan soda ditemukan partikel-partikel klorin dan magnesium yang
mengendap, maka air tersebut tergolong sadah tetap. Dari hasil percobaan, tidak
terdapat partikel-partikel yang mengendap jadi bisa dikatakan bahwa air
tersebut bukan air sadah tetap, melainkan tergolong sadah sementara.
Setelah
dilakukan wawancara (24 Desember 2012) kepada dua orang responden, diketahui
bahwa sejak mereka tinggal di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten
Purbalingga mereka sudah mengonsumsi air tersebut sebagai sarana pemenuh
kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan sebagai air minum.
Kedua
narasumber ini, dapat dijadikan sebagai sampel untuk mengetahui pengetahuan
masyarakat Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga mengenai
syarat-syarat air yang baik untuk dikonsumsi. Hasil wawancara menyatakan bahwa
sebagian besar masyarakat belum mengetahui kandungan apa saja yang terdapat
dalam air tanah tersebut. Yang mereka ketahui, air tersebut berasal dari batu padas dan dari mata air asli sehingga layak
untuk dikonsumsi. Ada sebagian dari masyarakat yang mengetahui syarat-syarat
air minum yang baik yaitu dari syarat secara fisik seperti tidak keruh, tidak
tercemar –dari aktifitas pabrik,kotoran binatang-, dan menyegarkan setelah
diminum. Ada pula yang sebatas tahu jika air sudah direbus, maka air tersebut layak
dikonsumsi. Meskipun kedua narasumber mengatakan belum tahu kandungan apa saja
yang terdapat pada air tanah di desa tersebut, mereka tetap menggunakan sumber
air tersebut untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari. Konsumsi air dalam
jangka waktu yang panjang tidak menimbulkan efek yang berarti kepada tubuh para
konsumennya. Indikasi ini dapat dinyatakan bahwa zat-zat yang ada dalam air
dapat diterima oleh tubuh manusia yang dapat membantu dalam proses metabolisme
dan regulasi. (dialog wawancara terlampir)
Sedangkan
pada pengamatan secara geografis, dapat kami peroleh data berupa tempat-tempat
dan keadaan disekitar sumber air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat. Berikut
adalah data hasil pengamatan
No.
|
Arah
mata angin
|
Air
tanah
|
Air
sumur (kedalaman 2 – 2,5 meter)
|
1.
|
Utara
|
Lereng
kebun ditumbuhi pepohonan.
|
Halaman
rumah Pak Munfarid
|
2.
|
Selatan
|
Lereng
dan banyak terdapat bebatuan besar.
|
Jalan
setapak
|
3.
|
Timur
|
±10
meter dibawah sumber air terdapat pemukiman warga
|
Halaman
rumah penduduk (Pak Tofid)
|
4.
|
Barat
|
Batu-batu
padas besar dan terdapat rembesan air bersih yang berasal dari resapan akar
pohon yang ada di daratan diatas batu-batu tersebut.
|
Teras
rumah Pak Munfarid
|
5.
|
Timur
Laut
|
Lereng
|
Rumah
Pak Ahmad Tofid
|
6.
|
Tenggara
|
Lereng
|
Jalan
desa
|
7.
|
Barat
Daya
|
Lereng
|
Masjid
Al Mu’minin
|
8.
|
Barat
Laut
|
Lereng
|
Rumah
Pak Munfarid
|
Tabel 1.2 Hasil Uji Geografis
Setelah dilakukan pengamatan secara geografis, sumber air
tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, dikelilingi
oleh lereng-lereng yang ditumbuhi oleh pepohonan. Letaknya kurang lebih berada
5-10 meter dibawah daratan yang ada diatasnya. Dan berada sekitar 10 meter
diatas pemukiman warga, tepatnya mata air ini terletak di sebuah lereng dengan
kemiringan tertentu.
Air yang dialirkan ke rumah warga hanya menggunakan
penyaringan sederhana dan belum memenuhi standar. Kemungkinan adanya kadar
bakteriologis dalam air masih ada. Pengamatan berdasarkan pada delapan arah
mata angin diperoleh bahwa, disekitar sumber mata air ini tidak terdapat
kontaminasi dari polutan-polutan berbahaya seperti limbah pabrik dan klorifom
tinja. Yang nampak hanya sampah-sampah organik yang berasal dari daun-daun yang
jatuh dari pepohonan di sekitar lokasi. Hanya saja, perlu diteliti lebih lanjut
mengenai kandungan tanah di sekitar sumber air.
Penggunaan selang-selang plastik tidak terlalu
berpengaruh terhadap kualitas dari air tanah tersebut. Namun, dalam jangka
waktu tertentu selang harus diganti, karena selain sebagai media penyalur,
selang juga bisa difungsikan sebagai media saring. Selang plastik yang
digunakan bertahun-tahun ddalamnya terdapat filtrat yang tertimbun sejak
digunakannya selang tersebut. Jika selang tidak diganti dalam jangka waktu
tertentu, dimungkinkan terdapat bakteri dan telur cacing yang mengendap di
dalamnya. (untuk potret lebih nyata bisa dilihat pada CD dokumentasi yang
terlampir)
==========================================================================
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setelah melakukan
penelitian, air tanah di Desa Dagan, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten
Purbalingga, memenuhi syarat secara fisik dan kimiawi, ada pula kandungan
klorin dan magnesium yang dibutuhkan oleh tubuh. Pegamatan secara geografis
membuktikan bahwa tidak ada polutan berbahaya disekitar sumber air tanah. Dari
hasil pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa air tanah di Desa Dagan,
Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, memenuhi kriteria sebagai air minum
dan dapat dikonsumsi dalam jangka waktu panjang.
B.
SARAN
Dalam
penelitian ini, masih banyak kekurangan dari peneliti. Masih banyak hal vital
yang belum dapat dilakukan oleh peneliti, seperti pengujian radioaktif dan
penelitian yang berhubungan dengan alat laboratorium yang lain.
Penelitian
ini masih harus ditindak lanjuti dalam program penelitian dalam kapasitas yang
lebih besar. Penelitian ini merupakan penelitian perdana yang masih jauh dari
kata sempurna karena berbagai macam keterbatasan. Peneliti berharap penelitian
dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut dengan topik yang serupa.
LAMPIRAN
I
Percobaan
1 (Pengujian Suhu dan pH)
Gambar 1.1
Air tanah dan air sumur
|
|
Gambar 1.2. Pengukuran suhu air tanah
|
Gambar 1.3. Suhu air tanah 27ºC
|
Gambar 1.4. Pengukuran suhu air sumur
|
|
Gambar 1.5. Trayek warna pada pH universal menunjukkan
warna kuning pH 7 (netral)
|
Gambar 1.6. Trayek warna pada pH universal menunjukkan
warna kuning pH 7 (netral)
|
===========================================================================
LAMPIRAN
II
HASIL WAWANCARA
Responden 1
Nama : Ibu Daimah
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga /
tani
Jarak
dr sumber air : ±50 meter
Tanggal
wawancara : 24 Desember 2012
Pukul : 13 : 53 WIB
DIALOG WAWANCARA
Peneliti : “Selamat siang, Bu.”
Responden
1 : “Selamat siang, Mba Anis.”
Peneliti : “Bu, saya mau mengajukan beberapa
pertanyaan.”
Responden
1 : “Ya, silahkan.”
Peneliti
: “Sejak kapan Ibu tinggal di
Desa Dagan?”
Responden
1 : “Sejak bayi, sejak saya kecil.”
Peneliti : “Apakah di rumah Ibu terdapat kamar mandi atau semacamnya tidak?”
Responden 1 : “Punya. Kamar mandi punya, tempat pencucian piring punya, WC
punya.”
Peneliti :
“Kalau terdapat MCK, pastikan harus ada airnya ya Bu. Nah, air itu Ibu dapatkan
dari mana?”
Responden 1 : “Dari pereng, keluarnya air dari batu padas, nyampe dirumah pake selang.”
Peneliti : “Nyampe
dirumahnya menggunakan selang plastik?”
Responden 1 : “Ya.”
Peneliti : “Itukan tadi untuk kebutuhan mandi dan sebagainya, kalau
untuk kebutuhan air minum sendiri dari mana, Bu?”
Responden 1 : “Ya .... dari situ juga, tapi ya tadi itu Mba, langsung
ditampung pake poci kemudian direbus.”
Peneliti :
“Kemudian, sejak kapan Ibu mengonsumsi air itu?”
Responden 1 : “Ya .... sejak kecil.”
Peneliti :
“Sejak lahir?”
Responden 1 : “Ya iyaa .... sejak nenek moyang kita ada.”
Peneliti :
“Mengapa Ibu, memilih batu padas tadi sebagai sumber air minum?”
Responden 1 : “Airnya enak, jernih, bersih.”
Peneliti :
“Terus, ada faktor lain lagi?”
Responden 1 : “Yaa... gitu aja sih.”
Peneliti :
“Mungkin karena mudah didapat, Bu?”
Responden 1 : “Mudah, engga kesulitan engga .... Satu minggu dikontrol.”
Peneliti :
“Dikontrol bagaimana itu maksudnya?”
Responden 1 : “Ya airnya itu, apa ada daun jatuh atau tidak.”
Peneiti :
“Bu, apakah ibu punya penampung air tersendiri? Atau dari selang langsung ke
bak mandi?”
Responden 1 : “Langsung ke bak mandi. Nanti kalau mau merebus baru ditampung
di poci kalau tidak di ember.”
Peneliti :
“Nah, itu tidak disaring dulu Bu?”
Responden 1 : “Yaaa, kalau pake ember disaring dulu. Kalau pake poci itu untuk
mandi anak-anak, direbus.”
Peneliti :
“Bu, apakah Ibu tahu syarat air yang baik sebagai air minum?”
Responden 1 : “Yaa, dari kamar mandi ke belakang.”
Peneliti :
“Syarat-syaratnya lho Bu, air tersebut bisa diminum. Ibu tahu tidak?”
Responden 1 : “Yaaa, direbus dulu ntar baru diminum. Yaa, kalau bisa diminum
sekalian dingin, engga apa-apa.”
Peneliti :
“Sering seperti itu, Bu?”
Responden 1 : “Iya, enak.”
Peneliti :
“Bu, Ibu tahu atau tidak di dalam air yang Ibu minum sehari-hari kandungannya
apa?”
Responden 1 : “Ada debunya, lumpur, kadang ada lumutnya. Lumut yang ada di
dalam selang, kalau sudah sampai rumah si paling cuma ada debunya.”
Peneliti :
“Tadi, Ibu menggunakan selang untuk mengalirkan air dari batu padas?”
Responden 1 : “Iyaa.”
Peneliti :
“Selangnya plastik? Berapa meter?”
Responden 1 : “Iya .... Satu roll, sekitar 50 meter. Ya sekitar 50-100 meter.”
Peneliti :
“Kemudian, selama Ibu mengonsumsi dari lahir sampai sekarang apakah ada
keluhan?”
Responden 1 : “Engga, enak, seger.”
Peneliti :
“Setelah Ibu meminum air itu, apakah yang Ibu rasakan?”
Responden 1 : “Enak, seger.”
Peneliti :
“Engga sakit perut, Bu?”
Responden 1 : “Engga.”
Peneliti :
“Engga pusing, Bu? Engga mual, Bu?”
Responden 1 : “Engga, kalau pusing itu kalau belum punya uang, haha.”
Peneliti :
“Oh, malah pusingnya karena engga punya uang ya, Bu? Haha. Baiklah, terimakasih
Bu, atas wawancaranya pada siang hari ini. Semoga tetap sehat dengan meminum
air bersih dari wadas itu. Wassalamu ‘alaikum warakhmatullohi wabarakatuh.”
Responden
2
Nama :
Ibu Suibah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Jarak dr sumber air : ±250 meter
Tanggal wawancara : 24 Desember 2012
Pukul :
14:10 WIB
DIALOG
WAWANCARA
Peneliti :
“Selamat siang, Ibu.”
Responden 2 : “Selamat siang.”
Peneliti :
“Ibu. Termasuk salah satu warga Desa Dagan, benar?”
Responden 2 : “Ya, betul.”
Peneliti :
“Sejak kapan ibu tinggal di Desa Dagan?”
Responden 2 : “Kurang lebih 10 tahun yang lalu.”
Peneliti :
“Apakah ditempat tinggal Ibu terdapat MCK (Mandi, Cuci, Kakus)?”
Responden 2 : “Ya, ada. Kumplit.”
Peneliti :
“Nah, sarana MCK itu kan pasti membutuhkan air, dari manakah Ibu mendapatkan
air tersebut (sumbernya)?”
Responden 2 : “Air bersih dari pegunungan. Itu lho, lereng-lereng disekitar
sini kan termasuk pegunungan. Air bersih lah pokoknya.”
Peneliti :
“Itu tadi kan untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus ya? Nah, kalau untuk minum,
sumbernya dari mana?”
Responden 2 : “Ya, dari situ. Dari satu sumber itu.”
Peneliti :
“Dari pertama kali Ibu tinggal disini, yaitu sekitar sepuluh tahun lalu, apakah
air yang dikonsumsi berasal dari sumber air tersebut?”
Responden 2 : “Betul! Karena memang air itu air bersih. Air yang tidak
tercemar oleh lingkungan. Air bersih.”
Peneliti :
“Kenapa Ibu memilih sumber air tersebut sebagai sumber air minum?”
Resonden 2 : “Karena air tersebut air yang tidak tercemari. Air bersih
intinya.”
Peneliti :
“Apakah Ibu mengetahui syarat-syarat air yang baik bagi air minum?”
Responden 2 : “Tanda-tandanya ya. Engga keruh, bening, engga tercemari.
Maksudnya tidak tercemari oleh lingkungan seperti pabrik, kotoran binatang.
Seperti misalnya kandang kerbau, sumber air ini kan cukup jauh dari kandang
kerbau.”
Peneliti :
“Kira-kira seperti itu ya Bu, ciri-cirinya? Kemudian apakah Ibu tahu
kandungan-kandungan apa saja yang terdapat dalam air yang Ibu konsumsi?”
Responden 2 : “Kandungannya? Kandungan air? Apa ya? Kandungan? Yaa, diminum
terasa enak, untuk mandi ngga gatal-gatal. Kalau garam kan mengandung yodium
misalkan, nah ini zatnya zat apa? Haha. Kalau garam si tau zatnya zat yodium,
kalau air zatnya apa? Paling ya itu tadi, diminum terasa enak dan buat mandi
engga gatal-gatal.”
Peneliti :
“Mungkin kalau air disini dengan ditempat lain, perbedaannya?”
Responden 2 : “Mungkin tergantung medannya. Kalau di daerah Karanganyar airnya
keruh, jadi engga enak dimakan, untuk mandi engga enak bagi saya lho ya. Ada
kandungan lumpur. Kalau disini kan dari mata air sumber kan murni engga ada
campuran tanah dan lumpur. Kalau ujan juga tetap bening, warnanya tidak
berubah. Walaupun hujan lho, beda dengan curug
sebelah sana, kalau hujan kan airnya keruh. Nah, kalau dari mata air kan airnya
jernih walaupun hujan lebat engga akan keruh. Itu namanya air bersih. Air
sehat. Langsung dari sumbernya, kalau zatnya ngga tau, garam lha tau.
Mengandung apa? Mengandung yodium. Itu yang bagus, yang bermerek itu REFINA.”
Peneliti :
“Kemudian, untuk menyalurkan air dari sumber sendiri ke rumah ibu, menggunakan
apa?”
Responden 2 : “Selang.”
Peneliti :
“Terbuat dari apa?”
Responden 2 : “Plastik.”
Peneliti :
“Panjang dari selang plastik itu, sekitar berapa meter?”
Responden 2 : “Berarti kalau sampai rumah, kalau engga salah ya? membutuhkan
sekitar tiga roll sampai empat roll. Satu roll ada yang 50 meter ada yang 100
meter. Yaa sekitar 200 meter lah, jaraknya.”
Peneliti :
“Itu sudah langsung sampai ke bak mandi?”
Responden 2 : “Iya. Eh, malah lebih ding empat roll lebih. Lima roll malah
lho.”
Peneliti :
“Berarti sekitar 250 meter, Bu?”
Responden 2 : “Iyaa.”
Peneliti :
“Nah, dirumah Ibu, ditampung dimana?”
Responden 2 : “Kan airnya mengalir ya? Ya itu langsung ada di kolah (bak mandi). Tapi kan mengalir
terus, jadi engga ditampung, kan jadinya sehat. Airnya kan jatuh di kolah, tapi
mengalir terus kan sehat jadinya. Air yang mengalir sama yang ditampung kan
beda, kalau ditampung kan ada jentik-jentiknya. Kalau mengalir terus kan engga
untuk tempat nyamuk. Namanya air sehat.”
Peneliti :
“Kemudian, ketika pertama kali datang kemari ketika mengonsumsi air tersebut
apakah ada keluhan tersendiri?”
Responden 2 : “Alhamdulillah engga. Engga ada keluhan, seperti sakit perut,
gatal-gatal.”
Peneliti :
“Efek setelah meminum air tersebut, apakah pernah mual, pusing?”
Responden 2 : “Engga, tapi lebih cenderung ke segarnya, soalnya kan airnya
dari mata air langsung. Engga campuran, misalnya dari sungai dan mata air engga
seperti itu. Ini mutlak dari mata air.”
Peneliti :
“Mungkin tadi cukup pertanyaan yang saya ajukan, terimakasih. Mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam menyampaikan pertanyaan. Sekali lagi terimakasih,
wassalamu ‘alaikum warakhmatullohi wabarokatuh.”
===========================================================================
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Mahyuzar,
M. 2010. Atlas Tematik Kabupaten
Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Aneka Ilmu.
Tim
Pustaka Phoenix. 2010. Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Baru. Jakarta: Media Pustaka Phoenix.
Purwanto,
Agus Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan
Masalah-masalah Sosial. Yogyakarta: Gava Media.
Agnesa,
Adnan. 2011. Makalah Pengelolaan Air
Minum. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/07/makalah-pengelolaan-air-minum.html.
Diakses tanggal 30 September 2012.
Awaluddin.
2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah sebagai Sumber Air Minum pada Skala
Rumah Tangga.
http://unlastnoel.files.wordpress.com/2009/04/awaluddin-in-teknologi-air-minum-pam-ftsp-uii1.pdf.
Diakses tanggal 30 September 2012.
Matahelumual,Bethy.
2008. Mengenal Air di Sekitar. Warta Geologi.
http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/warta200803.pdf. Diakses tanggal 30
September 2012.
Wulan,
Anisa. 2005. Kualitas Air Bersih untuk
Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga di Desa Pesarean kecamatan Adiwerna Kabupaten
Tegal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH011c/deae6e75.dir/doc.pdf.
Diakses tanggal 30 September 2012.