Selasa, November 05, 2013

SERAGAM "ilegal" ORANGE


(http://uthie.me/files/2010/05/9534199.jpg)


Pernahkah Anda meilhat pemandangan orang-orang (umumnya laki-laki) berompi orange berada diantara motor atau mobil yang sedang diparkirkan?

Atau mungkin pernah melihat pemandangan seorang anak berusia sekitar 15 tahunan mengenakan pakaian seragam orange berada dibawah terik matahari di bulan-bulan tertentu? Misalnya di bulan Puasa atau menjelang lebaran?

Fenomena ini sering terjadi, tapi sering diabaikan karena dianggap sebagai suatu kebiasaan yang maklum bagi sebagian orang. Tapi, perlu kita telisik lebih dalam. hal apa yang mendasari munculnya tukang-tukang parkir dadakan?

Jika Anda pernah sesekali berkunjung atau sekadar lewat di KOTA DAGANG yaitu di kecamatan Bobotsari, kabupaten Purbalingga banyak pemandangan mengharukan yang bisa Anda saksikan di sepanjang jalan pasar tradisional Bobotsari. 
Di depan toko yang berjajar-jajar di pinggiran akses jalan utama, jalan raya yang seharusnya (aslinya) memiliki lebar 4 meter, kini hanya tersisa sekitar 2-2,5 meter. Ironinya, sisa jalan digunakan sebagai tempat parkir kendaraan seperti motor, becak, angkutan umum, dan kendaraan lain. Kondisi ini, tentunya membuat ketidaknyamanan bagi pengendara lain yang seharusnya menggunakan jalan itu. Bukan hanya parkir yang semrawut, tukang parkirnya pun sangat semrawut. Karena hampir setiap lima meter, pasti di daerah itu ada tukang parkir lain. Selain itu, banyak, bahkan hampir dari keseluruhan tukang parkir itu, tidak memiliki surat keterangan parkir yang seharusnya diberikan kepada pemilik kendaraan yang diberikan setelah atau sebelum kendaraan diambil. Pada hari-hari biasa saja, jumlah tukang parkir tanpa izin sudah sangat banyak, apalagi jika Anda melihat kondisi ketika memasuki bulan puasa atau H-7 menjelang lebaran. Baju-baju orange yang masih fresh namak dikenakan oleh para tukang parkir musiman, yang tiba-tiba banyak merebak di berbagai titik daerah rawan parkir. Pemandangan ini, tidak hanya terjadi di kecamatan Bobotsari, di pusat pertokoan daerah jalan MT Haryono Purbalingga tidak jarang ditemukan tukang parkir yang bertengger di depan-depan toko. Semakin membuat kesal, ketika musim-musim liburan dan lebaran, banyak oknum yang tiba-tiba menaikkan tarif parkir dari tarif biasanya. Jika kita memberikan uang Rp2000,00 kadang tidak dikembalikan, padahal tarif biasa adalah Rp500,00. Mengesalkan dan menjengkelkan, ketika bepergian kocek habis hanya untuk parkir. Karena setiap kali berhenti di suatu tempat, pasti kena charge.

Saat ini terminal Bobotsari sedang mengalami pemugaran bisa dikatakan besar-besaran, untuk merombak terminal Bobotsari yang terletak di Jalan TP Imam menjadi terminal tipe A. Pastilah terminal baru ini akan menjadi terminal tujuan dari penumpang-penumpang antarkota bahkan antarprovinsi.
Kesiapan-kesiapan yang berkaitan dengan teknis penataan sarana dan prasarana umum harus beres terlebih dulu. Seperti yang kita ketahui bahwa antinya jika memang terminal tipe A itu sudah benar-benar terwujud, tentunya jalur-jalur utama (jalan utama) akan dilalui oleh kendaraan-kendaraan yang bervolume berat dan tentunya dengan intensitas yang lebih banyak. Jika, masalah penataan parkir belum beres, tidak dapat dibayangkan akan seperti apa nantinya jalanan di Kota Dagang tercinta ini.

Sebagai warga Bobotsari tercinta, mari kita bersiap diri dari sekarang. Mempersiapakan semua hal-hal yang berkaitan dengan teknis. Dalam hal ini dibutuhkan kesiapan tidak hanya dari warganya, pemerintah kecamatan, dinas perhubungan, polres dan lain-lain.

Merujuk ke permasalahan pertama tentang tukang parkir, seingat saya ketika pelajaran BK yang disampaikan oleh bapak Sugiono ketika kelas 8 SMP, beliau mengatakan bahwa Bobotsari adalah kecamatan dengan tingkat premanisme dan jumlah tukang parkir illegal tertinggi di Purbalingga (tahun 2009). Memang rumor yang beredar di masyarakat dari mulut ke mulut seperti itu adanya. Jikalau memang benar, berarti hal ini harus diatasi dikhawatirkan nantinya akan banyak calo-calo yang berkeliaran setelah adanya terminal tersebut.

Penataan tempat parkir juga harus deperbaiki, kalau bisa dibangunkan lahan khusus untuk memarkirkan kendaraan pribadi, agar kendaraan-kendaraan pribadi tidak diparkirkan sembarangan dan menghabiskan badan jalan.

Mengenai tata tertib lalu lintas, juga perlu diperhatikan mengingat selama ini, saya perhatikan pelaksanaan tata tertib lalu lintas di sepanjang jalan utama Bobotsari masih sangat lemah. Dan banyak yang tidak menggunakan helm ketika berkendara.

Dari saya, sekiranya mungkin itu yang terpenting yang seharusnya mmenjadi fokus kita sekarnag. Seiring rebuilt terminal kita, perlu pula dibarengi dengan penataan sektor lain agar nantinya kita sudah benar-benar siap mendapatkan 'kejutan-kejutan' yang ada seiring dengan hadirnya terminal baru.

Hanya sekadar share pikiran saja, tidak bermaksud menjelekkan tetapi berharap yang terbaik untuk kita semua. Berharap yang terbaik untuk daerah sendiri. Kalau semakin maju berarti kan progressnya semakin baik. Mari berpikir maju dan menerima semua hal baru dengan pikiran terbuka. :)