Kamis, November 07, 2013

FISIP Mengabdi

Beberapa waktu lalu BEM FISIP Undip mengadakan suatu kegiatan "FISIP Mengabdi" dilaksanakan pada tanggal 27-29 September 2013 bertempat di desa Timpik, Salatiga. Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah mahasiswa FISIP sendiri. 

Diharapkan peserta atau mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini, bisa semakin membaur dengan kehidupan masyarakat desa secara langsung, mengikuti kebiasaan hidup mereka, dan meninggalkan segala pernik yang mereka punya di rumah masing-masing.

Berikut cuplikan kegiatan yang bisa saya dokumentasikan.

 (Menuju ke rumah salah satu warga bersama Mba Ayu, Mba Hahap, Mba Noor, dan Kutchi)


Kebetulan saya satu rumah dengan Mba Ayu (kerudung hitam pake kaos biru), Mba Hahap (nama aslinya Mba Sarah yg berkerudung merah), Mba Noor (samping mba Hahap), Kutchi (temenku yg sama-sama angk.2013)


 (Walaupun laper dan kumel tapi tetap 'kece' ngeksis dulu. Selamat datang di tempat istirahat kami)

(Kebiasaan mereka adalah mengaji ba'da Maghrib, Pak Djalal sebagai guru mereka. Dan sore itu, mungkin ada satu murid tambahan yang paling kece)


HARI KE-2
Mendapatkan kesempatan untuk bisa mengajar di salah satu institusi pendidikan yang ada di sekitar desa menjadikan kami tahu dan bisa menyelami kembali dunia kami beberapa tahun silam. Ketika masih di bangku sekolah dasar. Bermain, berbagi, dan mengajarkan pendidikan karakter pada mereka. 
Dimulai dengan menyanyikan Indonesia Raya, membuat gambar Soekarno, games, dll.
(Kami juga berkesempatan mengajar di MIN, ini gambar bersama adik-adik kelas 1 yang masih polos, kakak-kakaknya juga polos)
(Mari menari bersama Marini diatas Menara)
Kebetulan, saya mengampu di kelas empat. Tidak cukup sulit untuk berbaur dengan mereka, mereka cerdas dan kreatif (dilihat dari dinamika kelas yang ada dan keaktifan mereka). Tapi, tetap ada konflik yang cukup membuat kami harus berpikir lebih dewasa dari anak-anak itu. Ketika pembagian hadiah, terjadi kecemburuan dari beberapa anak, sehingga ada beberapa dari mereka yang menangis. Menenangkan mereka dan membuat agar konflik tidak berkepanjangan cukup lama prosesnya. Akhirnya bapak wali kelas pun turun untuk melerai mereka.

SORE HARI KE-2
Sore hari, panitia mengadakan bazar murah yang dilakukan di halaman rumah bapak kades. Dalam bazar ini ada sembako murah dan pakaian murah yang dijual untuk warga desa Timpik itu sendiri. 
 (Suasana para pembeli di stan bazar baju)

(Bajunya masih ada aja nih)

(Sorenya main ke tempat tetangga, ketemu Angie)

(Foto dulu sama ibunya)
MALAM HARI
Malam hari, kami disuguhi dengan kesenian rakyat yaitu Reog. Sebelum reog, ada orgen tunggal yang menghibur warga sekitar. Banyak pengalaman yang saya rasakan khususnya pada acara ini. Tapi, cukup jadi dokumen pribadi saya dan Dia yang tahu.

(Menemukan sesuatu yang imut sekali diantara riuh penonton Daisy namanya)

(Ketemu temen-temen dari rumah lain, *lihat muka Pieter yg masih nguak*)

(Foto terakhir bersama keluarga Bapak Djalal)

(Bersama Bu Suti dan Ibunya)

Demikian secuil yang bisa dibagikan dalam FISIP Mengabdi, selebihnya mungkin masing-masing orang bisa memaknai sendiri dalam hati apa yang mereka dapatkan setelah even ini.
Kepekaan sosial bukan melulu tentang teori yang kita dapatkan di bangku kuliah, praktik adalah penyeimbang dari teori. Dengan praktik, kita akan mendapat suatu pengalaman yang akan menyeimbangkan hard dan soft skill.
Seorang dosen mengatakan bahwa "Latihlah kepekaan kalian dengan cara bergaul dengan orang usia 6 tahun ke bawah, dan manula" (Drs. Kushandajani MA, dosen FISIP Undip)